Jumat, 21 Februari 2014

Tujuan

Bayangkan settingnya: Lesehan di teras belakang, dikelilingi hijau tanaman pagar dan beberapa pohon kecil. Background suara deras sungai yang terkadang saya masih susah membedakannya dengan suara hujan. Kicau burung yang bermacam-macam, karena memang tetangga sebelah studio punya aviary (kandang burung besar : ). Oh iya, serta nyamuk yang kadang tidak terasa, tahu-tahu sudah menggigit. 

Sederhana. Di sinilah tempat makan siang kantor yang terkadang sambil diselingi diskusi. Soal arsitektur, masalah lingkungan, seperti banjir, kebijakan pemerintah, peristiwa terkini, problematika masyarakat (kalau istilah hizb: problematika umat), adalah topik yang seringnya dibicarakan. Karena praktisi yang bergelut langsung serta pengalaman hidup yang banyak, terkait hal-hal tersebut  beliau-beliau tahu cerita dan fakta yang mungkin umum jarang mengetahuinya. Contohnya misalnya begini, kalau orang umum sekarang tahu bahwa pemerintahan sekarang bobrok, maka beliau-beliau tahu detil kebobrokannya, orangnya, dan apa yang orang tersebut lakukan. 


Sampai sekarang kadang saya masih berasa kuliah gratis langsung dari ahli-ahlinya :D. Terkadang ada beberapa yang sebenarnya ingin saya tanggapi. Tapi urung dan saya simpan saja. Karena sebelum-sebelumnya tidak saya sampaikan dan tidak pula saya tulis ulang, ujung-ujungnya seperti sekarang ini, saya lupa sebagian besarnya. Saya sudah janji dengan diri sendiri, kali lain kalau ada yang ingin saya sampaikan akan saya sampaikan. 

Nah, Jumat biasanya adalah hari dimana Pa Hendi (bos lansekap) datang ke studio. Beliau ini multi entrepreneur yang punya banyak perusahaan selain mahati, namun pada dasarnya background  beliau bukan arsitektur. Ada satu pertanyaan menarik dari beliau kemarin kepada Pa Mamo dan Ibu.  Bahasan saat itu adalah diskusi terbatas arsitektur yang beberapa waktu lalu diadakan di Jakarta. Kalau tidak salah dari cerita Bu Mita kemarin ada empat arsitek Jepang yang juga datang. Beliau cerita, bahwa awalnya beliau mengira pertemuan tersebut formal. Seandainya tahu nonformal, maka  semua akan diajak supaya tahu dan dapat ilmunya (Saya sudah sumringah aja, Mba Beuteu juga, beliau sambil bilang, boleeeh :). Pa Hendi kemudian menanyakan, “tapi yang datang itu orang-orang tertentu saja kan bu?, maksudnya terbatas, orangnya ya itu-itu saja”. Dijawab iya oleh Pa mamo dan Ibu.

Pa Hendi lalu menyambung dengan pertanyaan, “Sebenarnya apa sih yang membuat mereka menjadi maestro-maestro seperti itu?” Saya langsung penasaran dan menoleh, menunggu jawaban Pa Mamo dan Ibu. Sederhana jawaban beliau. “Mereka sudah dari awal”. Mereka sudah tahu tujuan mereka dari awal. Dari awal, kuliah, ya ingin di arsitektur. Bu Mita menjelaskan lebih lanjut dengan contoh. “Misalkan kaya rizka,” (waduh saya dijadikan contoh). Ujar beliau, “Beuteu tanya sama saya, kok rizka bisa tahu Pa Mamo  & kerja disini gimana?”. “Ya karena sejak awal punya tujuan, pasti banyak browsing, membaca, tahu arsitek-arsitek, siapa yang sering masuk majalah, dan punya tujuan,  tahu nanti bisa belajar dari sana.” (aamiin ya Allah…).

Saya berpikir, ternyata dimana-mana memang sama. Saya beruntung diawal-awal kuliah mengenal dan tercemplung ke dalam hizbut tahrir, Lembaga Dakwah Kampus AMAL, dan BKLDK. Dari sinilah saya dikenalkan dengan konsep dan tujuan hidup sebenarnya, bahwa ‘seorang muslim itu hidupnya dimulai dari akhir’. Bahwa kehidupan setelah kehidupan di dunialah yang hakiki (akhirat). Ingin bagaimana mengakhiri kehidupan dunia, yang sebenarnya hanya bekal akhirat? Ingin ridho dan ampunan Allah, atau murka Allah? Ingin balasan surga atau merasakan adzabnya? Itu semua soal akhir yang menentukan tujuan, dan semestinya menentukan cara hidup, berpikir dan bertindak. Dengan tujuan hidup yang jelas, jikapun melenceng dari tujuan awal in syaa Allah akan mudah kembali dengan izinNya.

Di sini pula saya dikenalkan dengan sosok-sosok luar biasa dalam Islam, seperti Muhammad al Fatih yang diusia 21 tahun sudah menguasai 7 bahasa dan 23 tahun menjadi panglima terbaik yang dikabarkan oleh rasulullah sejak beberapa abad sebelumnya. Membaca biografi beliau , jelas bahwa tujuan hidup beliau bahkan sudah dimulai semenjak masih kanak-kanak

Di sini pula saya tahu dan kenal pribadi-pribadi luar biasa. Diajarkan untuk bermimpi besar dan memiliki visi menjadi terbaik. Karena pada dasarnya Allah sudah memberitahukan dalam Quran bahwa umat islam adalah umat terbaik (syarat dan ketentuan berlaku, cek QS. Ali Imraan ayat 110). Dan hal ini sudah terbukti selama berabad-abad. Dengan adanya negara Khilafah Islamiyah (diruntuhkan pada 1924), yang pada masanya menjadi rahmat, bukan hanya bagi muslim tapi juga non muslim dan seluruh alam.

Melihat ke dalam diri, saya jadi malu. Soal tujuan ini sebenarnya memang Allahlah yang menetapkan dan mengabulkan pada akhirnya. Saya yakin sekali, karena beberapa hal dalam hidup saya yang saya tergetkan ternyata dikabulkan Allah. Padahal kemampuan saya mungkin tidak seberapa dibanding yang lain, tapi ternyata target tersebut terwujud dengan cara yang tidak saya mengerti secara langsung. Pelajaran yang saya dapatkan; soal terwujud atau tidak itu urusan Allah, tapi ada wilayah yang kita kuasai sebagai manusia, yaitu ikhtiar. Dan yang tidak kalah penting memiliki tujuan hidup yang jelas dan berusaha menjalaninya sambil berserah pada Allah.

22 Februari 2014



nb: Sebenarnya ada satu lagi dari Quran yang memotivasi. Ini telah dibuktikan kawan-kawan di LDK AMAL dan hizbut tahrir, dan saya pun mengalaminya. Tipsnya tertulis di surah Muhammad ayat 7. Silakan dicek, diamati, dan mulai dicoba :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar