Sederhana. Di sinilah tempat makan siang kantor yang
terkadang sambil diselingi diskusi. Soal arsitektur, masalah lingkungan,
seperti banjir, kebijakan pemerintah, peristiwa terkini, problematika masyarakat
(kalau istilah hizb: problematika umat), adalah topik yang seringnya dibicarakan. Karena praktisi yang bergelut langsung serta pengalaman hidup yang banyak, terkait
hal-hal tersebut beliau-beliau tahu cerita
dan fakta yang mungkin umum jarang mengetahuinya. Contohnya misalnya begini,
kalau orang umum sekarang tahu bahwa pemerintahan sekarang bobrok, maka
beliau-beliau tahu detil kebobrokannya, orangnya, dan apa yang orang tersebut
lakukan.
Sampai sekarang kadang saya masih berasa kuliah gratis
langsung dari ahli-ahlinya :D. Terkadang ada beberapa yang sebenarnya ingin saya
tanggapi. Tapi urung dan saya simpan saja. Karena sebelum-sebelumnya tidak saya
sampaikan dan tidak pula saya tulis ulang, ujung-ujungnya seperti sekarang ini,
saya lupa sebagian besarnya. Saya sudah janji dengan diri sendiri, kali lain kalau
ada yang ingin saya sampaikan akan saya sampaikan.
Nah, Jumat biasanya adalah hari dimana Pa Hendi (bos
lansekap) datang ke studio. Beliau ini multi
entrepreneur yang punya banyak perusahaan selain mahati, namun pada
dasarnya background beliau bukan arsitektur. Ada satu pertanyaan menarik
dari beliau kemarin kepada Pa Mamo dan Ibu. Bahasan saat itu adalah diskusi terbatas arsitektur
yang beberapa waktu lalu diadakan di Jakarta. Kalau tidak salah dari cerita Bu
Mita kemarin ada empat arsitek Jepang yang juga datang. Beliau cerita, bahwa awalnya
beliau mengira pertemuan tersebut formal. Seandainya tahu nonformal, maka semua akan diajak supaya tahu dan dapat
ilmunya (Saya sudah sumringah aja, Mba
Beuteu juga, beliau sambil bilang, boleeeh :). Pa Hendi kemudian menanyakan, “tapi
yang datang itu orang-orang tertentu saja kan bu?, maksudnya terbatas, orangnya
ya itu-itu saja”. Dijawab iya oleh Pa mamo dan Ibu.
Pa Hendi lalu menyambung dengan pertanyaan, “Sebenarnya apa
sih yang membuat mereka menjadi maestro-maestro
seperti itu?” Saya langsung penasaran dan menoleh, menunggu jawaban Pa Mamo dan
Ibu. Sederhana jawaban beliau. “Mereka sudah dari awal”. Mereka sudah tahu
tujuan mereka dari awal. Dari awal, kuliah, ya ingin di arsitektur. Bu Mita
menjelaskan lebih lanjut dengan contoh. “Misalkan kaya rizka,” (waduh saya
dijadikan contoh). Ujar beliau, “Beuteu tanya sama saya, kok rizka bisa tahu Pa
Mamo & kerja disini gimana?”. “Ya karena
sejak awal punya tujuan, pasti banyak browsing,
membaca, tahu arsitek-arsitek, siapa yang sering masuk majalah, dan punya
tujuan, tahu nanti bisa belajar dari
sana.” (aamiin ya Allah…).
Saya berpikir, ternyata dimana-mana memang sama. Saya beruntung diawal-awal kuliah mengenal dan tercemplung ke dalam hizbut tahrir, Lembaga Dakwah Kampus AMAL, dan BKLDK. Dari sinilah saya dikenalkan dengan konsep dan tujuan hidup sebenarnya, bahwa ‘seorang muslim itu hidupnya dimulai dari akhir’. Bahwa kehidupan setelah kehidupan di dunialah yang hakiki (akhirat). Ingin bagaimana mengakhiri kehidupan dunia, yang sebenarnya hanya bekal akhirat? Ingin ridho dan ampunan Allah, atau murka Allah? Ingin balasan surga atau merasakan adzabnya? Itu semua soal akhir yang menentukan tujuan, dan semestinya menentukan cara hidup, berpikir dan bertindak. Dengan tujuan hidup yang jelas, jikapun melenceng dari tujuan awal in syaa Allah akan mudah kembali dengan izinNya.
Saya berpikir, ternyata dimana-mana memang sama. Saya beruntung diawal-awal kuliah mengenal dan tercemplung ke dalam hizbut tahrir, Lembaga Dakwah Kampus AMAL, dan BKLDK. Dari sinilah saya dikenalkan dengan konsep dan tujuan hidup sebenarnya, bahwa ‘seorang muslim itu hidupnya dimulai dari akhir’. Bahwa kehidupan setelah kehidupan di dunialah yang hakiki (akhirat). Ingin bagaimana mengakhiri kehidupan dunia, yang sebenarnya hanya bekal akhirat? Ingin ridho dan ampunan Allah, atau murka Allah? Ingin balasan surga atau merasakan adzabnya? Itu semua soal akhir yang menentukan tujuan, dan semestinya menentukan cara hidup, berpikir dan bertindak. Dengan tujuan hidup yang jelas, jikapun melenceng dari tujuan awal in syaa Allah akan mudah kembali dengan izinNya.
Di sini pula saya dikenalkan dengan sosok-sosok luar biasa
dalam Islam, seperti Muhammad al Fatih yang diusia 21 tahun sudah menguasai 7
bahasa dan 23 tahun menjadi panglima terbaik yang dikabarkan oleh rasulullah
sejak beberapa abad sebelumnya. Membaca biografi beliau , jelas bahwa tujuan
hidup beliau bahkan sudah dimulai semenjak masih kanak-kanak
Di sini pula saya tahu dan kenal pribadi-pribadi luar biasa.
Diajarkan untuk bermimpi besar dan memiliki visi menjadi terbaik. Karena pada
dasarnya Allah sudah memberitahukan dalam Quran bahwa umat islam adalah umat
terbaik (syarat dan ketentuan berlaku, cek QS. Ali Imraan ayat 110). Dan hal
ini sudah terbukti selama berabad-abad. Dengan adanya negara Khilafah Islamiyah
(diruntuhkan pada 1924), yang pada masanya menjadi rahmat, bukan hanya bagi
muslim tapi juga non muslim dan seluruh alam.
Melihat ke dalam diri, saya jadi malu. Soal tujuan ini
sebenarnya memang Allahlah yang menetapkan dan mengabulkan pada akhirnya. Saya yakin
sekali, karena beberapa hal dalam hidup saya yang saya tergetkan ternyata
dikabulkan Allah. Padahal kemampuan saya mungkin tidak seberapa dibanding yang
lain, tapi ternyata target tersebut terwujud dengan cara yang tidak saya
mengerti secara langsung. Pelajaran yang saya dapatkan; soal terwujud atau
tidak itu urusan Allah, tapi ada wilayah yang kita kuasai sebagai manusia, yaitu
ikhtiar. Dan yang tidak kalah penting memiliki tujuan hidup yang jelas dan
berusaha menjalaninya sambil berserah pada Allah.
22 Februari 2014
nb: Sebenarnya
ada satu lagi dari Quran yang memotivasi. Ini telah dibuktikan kawan-kawan di LDK AMAL dan
hizbut tahrir, dan saya pun mengalaminya. Tipsnya tertulis di surah Muhammad ayat
7. Silakan dicek, diamati, dan mulai dicoba :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar