Minggu, 05 Agustus 2012

London, Masa depan, dan Konsekuensi Keimanan


Sepanjang jalan Banjarmasin-Banjarbaru berpikir.
Saya punya proposal masa depan dengan rencana sampai 63 tahun (saya buat setahun 2 bulan yang lalu).


Salah satu mimpi terdekat yang saya tulis, saya ingin Ke Inggris, ingin ke London.

source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/48/TE-Collage_London.png
Tapi saya sadar, saya sendiri sebenarnya tidak tahu berapa jatah umur saya tersisa. Apakah beberapa tahun, beberapa bulan, atau hitungan hari lagi.
saya tidak tahu apa yg tertulis di laul mahfuz, apakah akhirat lebih dulu saya kunjungi? Untuk bertemu dengan-Nya dalam ridho-Nya, seperti yang saya tulis dan rencanakan pada umur 63?
Jadi jelas sebenarnya. kita memag tidak tahu, apa yg tertulis di laul mahfuz. Karenanya setiap perbuatan dan apapun yang kita rencanakan, harus dipastikan sesuai atau tidak dengan ridho Allah, cadangan amal di tingkatkan, amar ma'ruf nahi munkar ditegakkan, syariat di laksanakan; kewajiban dijalani, larangan di jauhi,. sehingga wlaupun kita telah merencanakan yang terbaik. Jika Allah memanggil lebih cepat, kapanpun itu, kita telah siap.

Secara teori, kelihatan mudah. Tapi pelaksanaan, memang tidak semudah teori. Begitu yang saya lihat pada orang lain, juga yang saya alami sendiri.
 
Komitmen keimanan, bukan hanya untuk dihafal rukun iman ada 6. Bahkan konsekuensi atas rukun pertama, iman kepada Allah pun berat. Seberapa banyak orang, yang "mengira" Allah hanya di mesjid? Sehingga keluar dari mesjid, dia tidak lagi menutup aurat? Atau merasa tidak perlu pula menegakan aturan islam di segala sendi kehidupan seperti yg Allah perintahkan..?
Wallahu'alam.
· · · 31 Juli pukul 12:34 di sekitar Martapura · 

(diambil dari status facebook saya, http://www.facebook.com/rku.architect)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar